ayahku,
sosok yang selalu aku ikuti kemana pun ia pergi
ketika aku kanak-kanak dulu
ketika patroli di malam hari pun aku setia menemaninya
hingga tertidur pulas di dalam mobil
dan kembali ke rumah saat fajar menjelang
ayahku,
dia yang dengan sigap mencari uang
untuk menebus biaya rumah sakit
kala aku dirawat karena paru-paru basah
ayahku,
pria tergagah sedunia
tidak ada yang bisa menandinginya
begitu pikirku ketika aku kecil
hingga sekarang dia masih yang tergagah di mataku
ayahku,
tempat aku bermanja-manja
tempat aku bersenang-senang
setelah menangis sesak
dimarahi oleh ibu
ayahku,
sosok paling kunanti setiap minggu menjelang
karena dia jauh disana mengabdi pada negara
karena dia akan pulang dan menciumku
membawa sekotak roti coklat pisang kesukaanku
ayahku,
orang yang tak ingin aku ikuti jejaknya
dia tak ingin aku menjadi polisi sepertinya
karena dia tak ingin aku hidup susah sepertinya
ayahku,
dia yang membuatku mati-matian belajar
meraih peringkat tertinggi dikelas
kulakukan karena untuk mendapat pengakuannya
karena ia pelit sekali memujiku meskipun aku rangking satu dikelas
selalu saja tidak pernah sempurna nilai raporku dimatanya
ayahku,
sosok yang sangat kubenci ketika aku beranjak remaja
membencimu karena telah menyakiti hati ibu
aku pun berlaku kurang ajar padamu
ayahku,
sosok yang selalu mencium pipiku ketika pulang
dan ketika remaja aku tidak mau diciumnya
aku malu
ayahku,
sosok yang selalu memperlakukan aku seperti anak kecil
meskipun aku beranjak dewasa
baginya aku tetaplah gadis kecil kesayangannya
ayahku,
teman berdiskusi di mobil ketika berangkat ke sekolah
teman berdiskusi di teras rumah di malam hari
membicarakan masa depan
masa depan gadis kecilmu ini
ayahku,
dia yang sering meneleponku setiap saat
ketika aku jauh diseberang pulau sana
memastikan aku baik-baik saja
memastikan aku sudah makan apa belum
aku pun dijuluki anak papi
dan bodohnya aku malu dijuluki itu
ayahku,
dia yang bisa membuatku tertawa karena candanya
dia yang bisa membuatku marah
mematikan telepon
memutuskan pembicaraan
karena dia sangatlah posesif kepadaku
ayahku,
dia yang berkuasa di keluarga kecil kami
dia yang takkan meminta maaf ketika salah
tapi dia jualah yang diam-diam menuruti perkataanku
ayahku,
dia yang memasang wajah galak
ketika berhadapan dengan teman lelakiku
menatap menyelidik dan cemburu
namun gengsi mengatakannya padaku
ayahku,
dia yang ketika dijalan melihat perempuan berhijab besar dan bercadar
dia berkata "itu teroris tuh"
tapi...
dia jualah yang mengijinkanku berhijab sejak SMA
dia jualah yang setia mengantarku ke majelis taklim
ayahku,
darinya aku tahu bahwa aku sangat dicintainya
dia yang dalam sakitnya masih setia menungguku
menungguku kepulanganku untuk disampingnya
dia yang gelisah dalam komanya
tenang ketika aku datang
ayahku,
dia yang empat tahun silam aku mandikan di akhir hayatnya
dia yang berkata lewat senyum manisnya
bahwa aku tak boleh bersedih ketika dia pergi
ayahku,
dia yang empat tahun silam aku ciumi wajahnya
setelah sekian lama aku tak mau diciumnya
dia yang hanya terbujur kaku ketika aku menciumnya
ayahku,
dia yang membuatku bersedih
karena dia tidak hadir di wisudaku
tidak melihat diriku yang tenggelam di balik toga
ayahku,
dia yang membuatku bersedih
karena ketika aku menikah nanti
dia tak menjabat erat tangan calon suamiku
untuk menuntunnya mengucap ijab qabul
dia tak ada disana untuk melepasku kepada suamiku kelak
ayahku,
dia yang sangat jahat padaku
karena membuatku menangis tersedu-sedu malam ini
mengenangnya dan mengingatnya
bahwa sudah empat tahun berlalu dia tak disini menemaniku
*menuju 26 Oktober 2013, aku menuliskan kenangan tentangmu, Ayah. aku pandangi fotomu dan kudengarkan lagu ini. aku pun menangisimu malam ini. kupanjatkan doa kepada-Nya agar kamu baik-baik saja disana.
sosok yang selalu aku ikuti kemana pun ia pergi
ketika aku kanak-kanak dulu
ketika patroli di malam hari pun aku setia menemaninya
hingga tertidur pulas di dalam mobil
dan kembali ke rumah saat fajar menjelang
ayahku,
dia yang dengan sigap mencari uang
untuk menebus biaya rumah sakit
kala aku dirawat karena paru-paru basah
ayahku,
pria tergagah sedunia
tidak ada yang bisa menandinginya
begitu pikirku ketika aku kecil
hingga sekarang dia masih yang tergagah di mataku
ayahku,
tempat aku bermanja-manja
tempat aku bersenang-senang
setelah menangis sesak
dimarahi oleh ibu
ayahku,
sosok paling kunanti setiap minggu menjelang
karena dia jauh disana mengabdi pada negara
karena dia akan pulang dan menciumku
membawa sekotak roti coklat pisang kesukaanku
ayahku,
orang yang tak ingin aku ikuti jejaknya
dia tak ingin aku menjadi polisi sepertinya
karena dia tak ingin aku hidup susah sepertinya
ayahku,
dia yang membuatku mati-matian belajar
meraih peringkat tertinggi dikelas
kulakukan karena untuk mendapat pengakuannya
karena ia pelit sekali memujiku meskipun aku rangking satu dikelas
selalu saja tidak pernah sempurna nilai raporku dimatanya
ayahku,
sosok yang sangat kubenci ketika aku beranjak remaja
membencimu karena telah menyakiti hati ibu
aku pun berlaku kurang ajar padamu
ayahku,
sosok yang selalu mencium pipiku ketika pulang
dan ketika remaja aku tidak mau diciumnya
aku malu
ayahku,
sosok yang selalu memperlakukan aku seperti anak kecil
meskipun aku beranjak dewasa
baginya aku tetaplah gadis kecil kesayangannya
ayahku,
teman berdiskusi di mobil ketika berangkat ke sekolah
teman berdiskusi di teras rumah di malam hari
membicarakan masa depan
masa depan gadis kecilmu ini
ayahku,
dia yang sering meneleponku setiap saat
ketika aku jauh diseberang pulau sana
memastikan aku baik-baik saja
memastikan aku sudah makan apa belum
aku pun dijuluki anak papi
dan bodohnya aku malu dijuluki itu
ayahku,
dia yang bisa membuatku tertawa karena candanya
dia yang bisa membuatku marah
mematikan telepon
memutuskan pembicaraan
karena dia sangatlah posesif kepadaku
ayahku,
dia yang berkuasa di keluarga kecil kami
dia yang takkan meminta maaf ketika salah
tapi dia jualah yang diam-diam menuruti perkataanku
ayahku,
dia yang memasang wajah galak
ketika berhadapan dengan teman lelakiku
menatap menyelidik dan cemburu
namun gengsi mengatakannya padaku
ayahku,
dia yang ketika dijalan melihat perempuan berhijab besar dan bercadar
dia berkata "itu teroris tuh"
tapi...
dia jualah yang mengijinkanku berhijab sejak SMA
dia jualah yang setia mengantarku ke majelis taklim
ayahku,
darinya aku tahu bahwa aku sangat dicintainya
dia yang dalam sakitnya masih setia menungguku
menungguku kepulanganku untuk disampingnya
dia yang gelisah dalam komanya
tenang ketika aku datang
ayahku,
dia yang empat tahun silam aku mandikan di akhir hayatnya
dia yang berkata lewat senyum manisnya
bahwa aku tak boleh bersedih ketika dia pergi
ayahku,
dia yang empat tahun silam aku ciumi wajahnya
setelah sekian lama aku tak mau diciumnya
dia yang hanya terbujur kaku ketika aku menciumnya
ayahku,
dia yang membuatku bersedih
karena dia tidak hadir di wisudaku
tidak melihat diriku yang tenggelam di balik toga
ayahku,
dia yang membuatku bersedih
karena ketika aku menikah nanti
dia tak menjabat erat tangan calon suamiku
untuk menuntunnya mengucap ijab qabul
dia tak ada disana untuk melepasku kepada suamiku kelak
ayahku,
dia yang sangat jahat padaku
karena membuatku menangis tersedu-sedu malam ini
mengenangnya dan mengingatnya
bahwa sudah empat tahun berlalu dia tak disini menemaniku
*menuju 26 Oktober 2013, aku menuliskan kenangan tentangmu, Ayah. aku pandangi fotomu dan kudengarkan lagu ini. aku pun menangisimu malam ini. kupanjatkan doa kepada-Nya agar kamu baik-baik saja disana.
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan
dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
terbelenggu jatuh dan terinjak
Tuhan tolonglah
sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi semua maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak
Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati
Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu
dari: http://iniliriklagunya.blogspot.com/2012/08/lirik-lagu-ada-band-yang-terbaik-bagimu.html#.UmLAQlOhshs
salam kenal ya :)
dari: http://iniliriklagunya.blogspot.com/2012/08/lirik-lagu-ada-band-yang-terbaik-bagimu.html#.UmLAQlOhshs
salam kenal ya :)