Sunday 24 August 2014

mendekatlah...

setiap sabtu pagi saya mengikuti tafakuran alias pengajian atau bahasa sundanya teh "spiritual healing" di yayasan tempat saya jadi volunteer. jadi meskipun harus bela-belain berangkat pagi dari jatinangor ke bandung dan kudu naik travel kesana gapapa, saya senang koq. sebenarnya bisa naik Damri tapi kudu lebih pagi lagi berangkatnya da seringnya telat malahan. sudah saya anggarkan dana juga buat naek travel. jadi sudah saya agendakan setiap sabtu saya ke bandung untuk tafakuran dan selesai itu entah jalan-jalan atau membeli kebutuhan saya yang bisa didapatkan di bandung. jadinya kerasa semangat bertemu hari sabtu.

sabtu kemarin, materi tafakuran sudah berganti bab. jadi ada 3 bab (klo nggak salah inget) yang tiap babnya ada materi-materi berkaitan dengan tema bab tersebut. kali ini memasuki bab mendekatkan diri kepada Allah.

ketika kita bekerja, kita akan berusaha untuk dekat dengan atasan. sama halnya ketika kuliah, mungkin kita akan berusaha dekat dengan dosen kita. bisa juga mencoba dekat dengan pegawai TU kampus. tujuannya apa sih ketika dekat dengan atasan? biasanya supaya kita lebih kenal dan dekat. ketika kita sudah dekat, biasanya urusan kita pun lebih mudah. akan tetapi kendalanya adalah untuk bisa dekat dengan mereka tidaklah mudah dan tidak semua orang bisa dekat dengan mereka-mereka yang jadi atasan kita.

begitu juga seharusnya hubungan kita dengan Allah. sudah seharusnya kita mendekatkan diri pada Allah, atasan kita. kabar gembiranya adalah semua manusia bisa dekat dengan Allah terlepas dari ia banyak dosa atau tidak. iya, semua orang bisa dekat dengan Allah jika ia mau. Allah tidak menghalangi hambanya untuk dekat denganNya.

tapi diantara Allah dan manusia itu ada hijab, ada penghalang untuk dapat dekat dengan Allah. 
apa itu? yaitu nafsu yang buruk. 
ketika kita ingin dekat dengan Allah, maka coba tenangkan nafsu yang buruk tersebut. 
caranya?
dengan mengubah paradigma kita.

contohnya nafsu yang buruk, marah. banyak anggapan yang kita kira benar tapi ternyata salah, ya salah satunya adalah bahwa marah itu tidak apa-apa asal pada tempatnya.
kalau kita memiliki anggapan seperti itu, kita biasanya masih akan tetap marah dan ingatlah bahwa definisi "asal pada tempatnya" itu tidaklah jelas. jadi kita masih memaklumi jika kita marah.

pernah nonton film anger management? nah difilm itu diceritakan orang yang mengikuti terapi agar dirinya tidak mudah marah. ketika ia ingin marah, ia bisa mengendalikan amarahnya tsb. contoh ini adalah mengendalikan si marah tsb alias mengubah perilakunya saja. memang dia bisa menahan amarahnya agar tidak muncul, akan tetapi didalam dirinya masih marah dan itu tertahan.

berbeda ketika kita menenangkan si marah ini. kita berusaha mengubah paradigma kita terkait marah. paradigma awal "marah boleh asal pada tempatnya" kita ganti dengan "marah itu jalan menuju neraka" atau "memaafkan itu lebih baik". dengan mengubah paradigma kita bahwa marah itu tidak boleh dan memaafkan itu lebih baik tentunya kita tidak akan marah atau ketika ada peristiwa yang dapat menyulut kemarahan, kita tidak jadi marah karena ingat bahwa memaafkan itu lebih baik dan disukai Allah.

contoh lainnya adalah paradigma "sabar itu ada batasnya" yang kemudian memaklumi diri kita jika kita menjadi tidak sabaran pada situasi tertentu. padahal paradigma tersebut salah. di dalam al-quran di jelaskan bahwa pahala sabar tidak ada batasnya dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. lalu, bagaimana mungkin sesuatu yang mendapat pahala tidak berbatas itu ada batasnya dalam pengerjaannya? tentu tidak. yang benar itu sabar itu tidak ada batasnya dan pahalanya tidak berbatas. beruntunglah mereka-mereka yang terus berpikir dan memperbaiki dirinya :)

ngomong-ngomong mendekatkan diri pada Allah, saya merasa belakangan ini jauh dengan Allah. saya coba introspeksi diri saya belakangan ini dan saya akhirnya sadar bagaimana urusan saya bisa lancar dan dimudahkan Allah kalau saya justru menjauh dariNya.

masa-masa skripsi dulu, ketika banyak hambatan ada seorang teman yang mengingatkan saya "kalau mau urusan kamu dimudahkan oleh Allah, dekatkan diri sama Dia. lakukan apa yang disukaiNya."

saya kembali teringat dengan ucapan tersebut dan memang saya suka lalai. ketika keinginan saya kebetulan sama dengan keinginan Allah, alias keinginan saya terpenuhi saya bukannya semakin giat beribadah, tapi justru disibukkan dengan urusan dunia. lupa bersyukur, seharusnya ketika keinginan kita terkabul harusnya ibadah pun harus meningkat kualitasnya.

dan lihatlah betapa Allah itu sangat sayang dengan hambaNya. ketika manusia lalai, lupa denganNya ia mencoba mengingatkan kita dengan berbagai macam cara agar kita kembali untuk denganNya. 

yuk kita dekatkan diri pada Allah. sama atasan aja kita mencoba dekat, masa sama yang Dia yang menciptakan kita, kita justru malas mendekat. 

No comments:

Post a Comment