Monday 23 April 2012

Parenting Class

pekerjaanku sebagai asesor anak berkebutuhan khusus (ABK) banyak memberi pengetahuan tentang dunia anak dan pola asuh yang juga turut berperan serta dalam perkembangan anak. ya berpindah-pindah sekolah sesuai permintaan untuk melakukan asesmen terhadap murid-murid yang dianggap sekolah mengalami permasalahan. biasanya sih melakukan interview terhadap anak, kemudian di tes IQ dengan tes stanford-binet (karena usia SD) dan sebagai pelengkap diberikan juga tes proyektif CAT (Children apperception test) yang berupa gambar-gambar kemudian si anak diminta menceritakan gambar tersebut dan biasanya apa yang diceritakan si anak ini merupakan proyeksinya dia atau kejadian-kejadian yang pernah dialaminya.

selesai melakukan asesmen di sekolah biasanya ditutup dengan parenting class, yaitu wali murid dan guru dikumpulkan dalam satu ruangan dan diberikan materi parenting skill oleh psikolog. pada sesi itu juga diberikan kesempatan untuk curhat masalah anak mereka. hasil tes pun dibagikan sehingga bisa langsung di konsultasikan hasilnya.
sabtu lalu, diadakan parenting class di salah satu sekolah elit di kota ini. berbeda dengan sekolah-sekolah sebelumnya, para wali murid ini memiliki kesibukan yang tinggi. jika di sekolah lain ketika parenting class banyak yang datang tetapi beberapa tidak datang, ini sebaliknya. acara jam 08.30 pagi tetapi yang baru datang hanya satu wali murid, dan baru dimulai jam 9.30 dengan 4 wali murid. sungguh miris melihatnya. akhirnya dengan serius saya mendengarkan supervisor saya menyampaikan pemateri walaupun isi materi yang disampaikan juga sama di sekolah-sekolah sebelumnya
tetapi setiap sekolah memiliki keunikan permasalahan sendiri-sendiri. agak tertegun ketika melihat sepasang suami istri bersama anak perempuan berusia 5 tahun memasuki ruang parenting class. dari penampilan sang ibu, takkan terbayang bahwa anaknya bermasalah di sekolah. tampilan gamis dan jilbab besarnya, ya memang sih tidak bisa melihat dari penampilan sisi luarnya saja. ketika sesi sharing, beliau menyatakan beliau dan suami berstatus sebagai PNS dan memang mengejar karir. setiap dirumah beliau berusaha menemani anaknya belajar tetapi ketika ditanya bisa? sang anak menjawab bisa, dan ketika di sekolah ternyata si anak tidak bisa. ketika ditanya si anak cenderung tertutup. kemudian saat di tes CAT, cerita yang sering muncul ada "dipukul ayah" hampir disetiap kartu cerita yang muncul ada dipukul ayah. dan ternyata sang anak kurang perhatian dari orangtua yang sibuk mengejar karir dan sering dipukul ayahnya. untuk terbuka kepada orangtua pun sulit dilakukan karena ketika ingin terbuka orangtua sibuk sehingga dia represi atau memendam apapun yang dirasakannya jadilah dia tertutup.
Allah tidak memberikan semua yang kita inginkan. jika semua diberikan, tentu ada yang ingin menjadi Tuhan dan yang lainnya. sehingga untuk setiap pilihan dari keinginan kita memiliki konsekuensi. ketika memilih mengejar karir memang akan terkejar si karir tersebut, tetapi tanpa disadari ada yang dikorbankan. seperti anak. lihatlah anak menjadi terbaikan dan kurang perhatian dari orangtua. dalam pengasuhan anak, tidak hanya kualitas yang harus diperhatikan tetapi kuantitas pun harus diperhatikan pula. ingat, anak merupakan titipan Allah kepada para orangtua. untuk anak koq coba-coba. :)

No comments:

Post a Comment