Thursday 29 March 2012

Urgensi Sebuah Niat

seorang adik tingkat saya rutin sekali melakukan puasa sunnah senin-kamis, membuat saya dan adik-adik kos saya iri. bagaimana tidak, dia yang berjilbab pun belum sudah mampu merutinkan puasa sunnah. dan salah seorang adik kos saya pun akhirnya berujar ingin seperti temannya itu agar kuliahnya dilancarkan. tiba-tiba hati saya tergelitik mendengar pernyataan tersebut.
berlanjut kira-kira seminggu kemudian, adik tingkat saya ini sedang mengerjakan tugas kelompok di kosan saya. dan setelah dia pulang, adik kosan saya bercerita jika adik tingkat saya ini ketika magrib tadi tidak melaksanakan shalat. tapi yang patut diacungi jempol dia rutin menjalankan puasa sunnah. akhirnya saya bertanya kepada adik kosan saya, tujuan dia (adik tingkat sekaligus teman sekelas adik kos saya) puasa untuk apa? untuk diet? dan jawabannya untuk dilancarkan kuliahnya. dan lagi-lagi hati saya tergelitik.
ibadah wajib ternyata dilupakan, ditinggalkan begitu saja. sedangkan ibadah sunnah dilakukan dengan niat yang salah menurut saya. salah yang mananya? berpuasa bukan karena cinta kepada Allah untuk mengharap ridhonya akan tetapi untuk dimudahkan kuliahnya. bagaimana Allah akan cinta, ketika jika sendiri tidak cinta kepada Allah dan justru terkesan menyuap Allah dengan puasa dilakukan agar dimudahkan kuliahnya. apapun yang kita dilakukan harusnya hanya untuk mengharap ridho Allah, karena ketika Allah ridho Allah pun akan memudahkan segala urusan kita.
seperti urgensi niat yang dijelaskan dalam hadits arba'in pertama ini:

امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه " متفق عليه

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

marilah kita meluruskan kembali niat kita, berniatlah untuk mendapatkan ridho Allah semata karena jika Allah ridho maka semua urusan kita pun dimudahkan dan urusan kuliah dimudahkan dan sebagainya itu hanya efek samping dari ridho Allah. 

No comments:

Post a Comment