Wednesday 4 September 2013

ditinggalkan dan meninggalkan

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.

--Tere Liye, novel 'Daun yang jatuh tak pernah membenci angin'; 
jika dalam suatu hubungan saya ditawarkan untuk ditinggalkan atau meninggalkan, saya akan memilih untuk ditinggalkan. kenapa? karena meninggalkan itu bagi saya terlalu kejam. karena tentu meninggalkan luka. sedangkan ditinggalkan ia memang terluka tetapi akan terus menempanya menjadi dewasa dan tentunya tidak dibenci seperti yang meninggalkan. luka itulah yang perlahan-lahan akan membantu kita melupakan mereka yang meninggalkan.
jika kaitannya dalam hidup dan mati, ditawarkan untuk menjadi pihak yang meninggalkan atau ditinggalkan. saya akan memilih menjadi pihak yang meninggalkan. kenapa? karena saya tentunya tak kuat menjadi pihak yang ditinggalkan apalagi oleh orang yang kita sayangi. karena menjadi pihak yang ditinggalkan itu selalu rindu dan rindu itulah yang tak mampu saya tahan, apalagi yang dirindukan sudah berbeda dunia dengan kita.
saya menulis ini setelah mendapat kabar, calon suami kakak tingkat saya dulu meninggal. calon suami. coba bayangkan. beliau ini akan menikah dalam waktu dekat, dan sekitar dua minggu yang lalu calon suami beliau meninggal karena sakit. entahlah melukiskan kesedihan yang dirasakan beliau ketika orang yang dicintai yang sebentar lagi akan menjadi imamnya meninggalkannya. meninggalkan rindu yang tentu amat sangat mendalam. 
dulu, ketika saya mendapat telpon seperti biasa dari Papi saya yang menanyakan kabar dan juga saldo ATM yang masih tersisa. tak lupa seorang Papi yang memang senang bercanda itu menangih traktiran karena saya baru saja gajian dari kampus. tepat seminggu kemudian ternyata Papi pergi meninggalkan saya. iya dia meninggalkan saya, padahal saya belum menraktirnya. padahal saya belum membuatnya bangga. yaa itulah kehilangan yang terasa menyiksa, ketika kau mencintai seseorang dan dia harus pergi.
mampir ke Facebook dan melihat dipojok kanan "Today's Birthdays" melihat nama dek Chipuet. rindu dengannya yang selalu rame di TL Facebook saya. ingin mengucapkan met milad padanya tetapi dia telah pergi. semoga tenang yaa dek Chipuet disana, berkumpul dengan kupu-kupu cantik lainnya. dek chipuet telah terbebas dari lupus.
yaa apapun kondisinya, rencana Allah itu memang lebih indah meskipun dirasa manusia itu sebagai penderitaan atau apalah. justru dari situlah Dia ingin menyampaikan sesuatu kepada kita, sesuatu yang indah. bersabarlah. selalu berusaha memperbaiki diri karena kita tentunya tidak tahu kapan no.antrian kita dipanggil kembali kepadaNya. dan tentunya mengingat bahwa apa yang kita miliki sekarang itu hanya titipan dariNya yang bisa sewaktu-waktu diambil pemiliknya meskipun kita mencintainya. 
 
saya mencuplik kalimat dari kakak tingkat saya ini dari facebook beliau. mungkin bisa membuat kita merenungi segala kehilangan yang kita alami. 
"Ikhlas itu seperti Surat Al-Ikhlas yang tidak mengandung kata ikhlas di dalamnya. Selama ikhlas masih terungkap, itu berarti belum ikhlas. Karena hanya dia yang ikhlas yang senantiasa berbuat tanpa pernah mnyebut keikhlasannya."

No comments:

Post a Comment