Thursday 11 September 2014

kehilangan...

apa ketakutan terbesarmu?
ketakutan terbesar saya adalah kehilangan.
iya. kehilangan mereka yang disayang.
orangtua.

sejak kecil, ketika melihat film yang adegannya orangtua meninggal
saya tidak kalah heboh nangisnya sama sang bintang film.
pikir saya waktu itu, jika mereka tidak ada, bagaimana nasib saya.
dan saya pernah bilang dengan lugunya ke ibu saya
"jangan mati ya"

tetapi sesuatu yang belum terjadi itu memang menjadi ketakutan tersendiri
menimbulkan kecemasan yang membuat dada kita rasanya sesak
airmata selalu menerobos keluar dengan derasnya

pada saat saya ditelpon dikabari bahwa Ayah saya kena stroke
saya menangis sejadi-jadinya berhari-hari
sudah tidak jelas bentuk wajah saya dengan mata membengkak
mencoba tenang, kemudian menangis kembali dan seterusnya

ada bayang-bayang kematian menghantui pikiran saya saat itu
bagaimana jika memang waktu Ayah saya sudah dekat
entahlah, saya sulit sekali membayangkan hidup saya tanpa beliau

hingga akhirnya saya harus pulang disaat UTS,
untuk menemani Ayah yang sedang koma dan kritis.
serba mendadak semuanya, hingga dibandara pun saya masih menangis

saya adalah orang yang cengeng
dan saat itu saya berusaha menyimpan rapat-rapat kesedihan dan airmata saya
didepan Ibu tentunya
saya tak ingin membuatmu semakin sedih

dan memang saya terlihat tenang
mendampingi Ayah setiap saat dengan mengajaknya berbicara meskipun sedang koma
"ngaji dulu ya",
"ayo kita dzikir pagi dulu",
"aku sholat dulu yaa di atas, nanti habis itu ngaji bareng ya"

hingga akhirnya pada malam itu dada terasa sesak sekali,
membaca alquran pun dibanjiri airmata, entahlah...
saya keluar dari pintu samping dan menangis diparkiran

saya masih belum bisa tenang, airmata masih saya menerobos keluar dengan gilanya
akhirnya saya wudhu dan sholat isya di musholla rumah sakit
sholat sambil menangis lebih tepatnya, entahlah
saya hanya merasa hanya Allah lah yang mampu menenangkan saya malam itu

sebuah doa pun meluncur dari saya
tidak seperti doa yang sebelum-sebelumnya
yang meminta kesembuhan Ayah saya

saya minta ketika keputusan Allah itu tidak sesuai dengan keinginan saya,
saya minta Allah untuk bantu saya untuk ikhlas
keyakinan saya saat itu Allah lah yang tahu yang terbaik buat hambanya
dia tidak menganiaya hambanya

dan ketika esok paginya Ayahanda kembali ke sisi Allah
tidak ada airmata yang menerobos keluar dengan liar
yang muncul adalah ketenangan dan syukur
syukur karena di hari terakhirnya, wajah Ayah tersenyum
tenang rasanya melihat senyumnya

ketika keluarga menangis sejadi-jadinya
saya diberikan kekuatan untuk tetap tenang dan dapat memandikan jenazahnya
ketika teman-teman saya yang lain perlu waktu hingga berbulan-bulan
untuk dapat menerima kepergian orangtuanya
saya hari itu juga dapat menerima kepergian Ayah

hari senin ayah meninggal, rabu sore saya sudah kembali ke kosan
kamis pagi kuliah seperti biasa yang membuat teman-teman saya heran
heran karena saya tampak tenang dan ceria seperti biasa

ketika duduk disebelah jenazahnya, saya sebenarnya sempat menangis
bukan menangisi Ayah...
saat itu saya mendapat banyak sekali sms dari teman-teman kampus
yang mencoba menghibur dan menguatkan saya
saya menangis terharu karena mereka melakukannya
mereka pun melakukan sholat ghaib disana
terimakasih teman...

kadangkala kita mengira ketika kehilangan
yang akan terjadi adalah terpuruk dalam kesedihan
sedih memang, tapi sebenarnya kesedihan yang dialami tidak seperti yang kita bayangkan
kita masih memiliki kekuatan untuk menerima kehilangan tersebut
mungkin itulah keikhlasan

ketika teman-teman saya mungkin sungkan untuk membicarakan Ayah didepan saya
mereka tahu saya sangat dekat dengan ayah dan takut membuat saya sedih
saya justru dengan bahagia menceritakan masa-masa saya dengan Ayah dulu
dimana saya mengingatnya dan tidak mengganggapnya pergi,
karena sebenarnya ia selalu bersama saya,
dalam kenangan masa silam yang selalu saya hidupkan kembali dengan menceritakannya.


*kembali mengenangmu Ayah,
menjelang 5 tahun kepergianmu
I always love you... :)

No comments:

Post a Comment