Wednesday 29 May 2013

sebuah cita-cita :)

beberapa tahun lalu, tepatnya kapan saya lupa. membuat saya mengubah cita-cita besar saya. yaaak, saya bercita-cita menjadi IBU RUMAH TANGGA. semakin kesini makin bertambah embel-embelnya. seperti saat awal kuliah profesi yang cukup menguras tenaga membuat banyak celetukan dari teman-teman
"mau jadi psikolog aja susah banget yak".
si teman-teman berniat beralih profesi
"aku mau jadi penyanyi aja dah",
"aku mau jadi desain interior",
dan saya ikutan menyuarakan isi hati saya  
"aku mau jadi ibu rumah tangga pakai daster bau bawang :D" 
dan teman-teman saya pada berekspresi seperti ini -____-"

ada yang salah dengan ibu rumah tangga? hey itu profesi mulia tauuuuuk. lihat coba banyak para wanita karier yang saking sibuknya anaknya jadi anak pembantu (karena dihabiskan dengan pembantunya), suami tidak terurus n banyak juga berujung pada perceraian. #tidak semua wanita karier begitu yaaa, hanya mengambil contoh yang ekstrim.

waktu bekerja sebagai asessor anak berkebutuhan khusus, saya sering mendapati kasus orangtua mereka sibuk bekerja dan akhirnya si anak terabaikan. di sekolah prestasi menurun dan bahkan berbuat ulah untuk mendapatkan perhatian dari teman dan gurunya karena dirumah dia tidak dapatkan itu. bahkan ada yang miris banget, anaknya bermasalah disekolah begitu tanya ke gurunya pekerjaan orangtuanya ternyata ibunya seorang psikolog. -____-" saya mbatin anakmu buuuuk mbok ya diurus, jangan cuma ngurus klien berbayar aja, anak sendiri terlupakan.
hal itu yang membuat saya menata ulang cita-cita saya. cita-cita saya yang utama yaa ibu rumah tangga, sampingannya baru jadi psikolog dan lainnya :)

lagian sapa bilang menjadi ibu rumah tangga itu mudah? butuh fisik yang kuat karena jam kerjanya seorang ibu rumah tangga itu lebih banyak daripada kerja kantoran. saya aja pernah mencoba jadi kakak rumah tangga (kosan) ampun dah capeknya minta ampun. dari mulai ngebersihin rumah, masak, nyuci baju n piring, nyetrika dan begitu mau istirahat udah sore aja saatnya masak buaat makan malam. itu amazing sekali.
dan kenapa ibu rumah tangga selalu diidentikkan dengan pendidikan yang rendah. tidak selalu begitu. justru menjadi ibu rumah tangga yang baik itu belajarnya di universitas kehidupan. sepanjang masa.

beberapa bulan lalu ketika presentasi majoring, saya ingat sekali ketika dosen menjelaskan majoring kerekayasaan, ada yang bertanya lulusan majoringnya menjadi apa. sang dosen menjawab, salah satu lulusan menjadi ibu rumah tangga. dan responnya? tertawa. seolah-olah "sudah kuliah capek-capek di eksperimen eh ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga". si dosen pun menanggapi tertawaan teman-teman itu dengan kalem:
"kenapa tertawa? dia bisa mengaplikasikan ilmu kerekayasaannya di rumah tangganya, ketika mengurus anak dan suaminya"

seorang kawan pernah bilang: 
"selesain dulu kuliah profesimu biar bisa jadi ibu rumah tangga yang ndangak" 
maksudnya bisa bangga jadi ibu rumah tangga dengan pendidikan tinggi :)

si mantan camer (baru juga camer, udah mantan aja hehehehe) pernah bilang begini: 
"sebagai wanita kita ini harus pintar kalau bisa sekolah setinggi-tingginya, bukan untuk menyaingi suami tapi itu bekal kita. jadi ibu itu harus pintar dan mandiri. jaga-jaga kalau ketika suami kita meninggal lebih dulu, kita bisa menopang kehidupan keluarga. makanya tante selalu bilang ke anak-anak tante jangan larang istrinya bekerja, yang penting masih bisa mengurus keluarga."

nah coba lihat ibu kalian? kalau ibu saya itu ibu rumah tangga sejati. pendidikan tidak tinggi tapi kemampuan matematisnya dan manajerialnya bagus :D, kemampuan problem solving n decision makingnya oke punya. bahkan berani ambil resiko karena kemampuan analisanya yang bagus. keren kan :D

nah ini cita-cita aku. kalau kamu? :)

No comments:

Post a Comment